Pendidikan anak Usia Dini
Kelompok
1 :
1. Khirzun
Nufus 121301-031
2. Irma
Arfiani Lubis 121301-061
3. Siti
Anisa Suryani 121301-063
4. Venny
Zoelkarnaen 121301-111
5. Hans
Amanov Purba 121301-117
6. Rodo
Ridho Sirait 121301-121
Sekolah Luar Biasa Tipe A (TUNA
NETRA)
Tunanetra
adalah gangguan daya penglihatan, berupa kebutaan menyeluruh atau sebagian dan
walaupun telah diberi pertolongan dengan alat-alat bantu khusus, mereka masih
tetap memerlukan pendidikan khusus.
Layanan Pendidikan Tunanetra
DIkelompokkan Menjadi :
·
Mereka mampu membaca cetakan standar
·
Mampu
membaca cetakan standar dengan menggunakan kaca pembesar
·
Mampu membaca cetakan besar (ukuran
huruf : 18)
·
Mampu membaca cetakan kombinasi cetakan regular
dan cetakan besar
·
Membaca cetakan besar dengan kaca
pembesar
·
Menggunakan Braille tetapi masih bisa
melihat cahaya ( sangat berguna untuk mobilitas)
·
Menggunakan Braille tetapi tidak punya
persepsi cahaya
Kebutuhan pembelajaran Anak
TunaNetra :
Karena
keterbatasan anak tunanetra, maka pembelajarannya harus mengacu kepada
prinsip-prinsip :
·
Kebutuhan akan pengalaman konkret
·
Kebutuhan akan pengalaman memadukan
·
Kebutuhan akan berbuat and bekerja dalam
belajar
Media belajar Anak Tunanetra
dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
·
Kelompok buta dengan media
pembelajarannya adalah tulisan Braile
·
Kelompok Low Vission dengan mediannya
adalah tulisan awas yang dimodifikasi (huruf diperbesar, penggunaan alat
pembesar tulisan)
STRATEGI
PEMBELAJARAN TUNANETRA
Permasalahan strategi pembelajaran
dalam pendidikan anak tunanetra didasarkan pada dua pemikiran, yaitu :
1. Upaya
memodifikasi lingkungan agar sesuai dengan kondisi anak (di satu sisi)
2. Upaya
pemanfaatan secara optimal indera-indera yang masih berfungsi, untuk
mengimbangi kelemahan yang disebabkan hilangnya fungsi penglihatan (di sisi
lain)
Stategi pembelajaran dalam
pendidikan anak tunanetra pada hakekatnya adalah strategi pembelajaran yang
diterapkan dalam kerangka dua pemikiran di atas. Pertama-tama guru harus
menguasai karakteristik/strategi pembelajaran yang umum pada anak-anak awas,
meliputi tujuan, materi, alat, cara, lingkungan, dan aspek-aspek lainnya. Langkah
berikutnya adalah menganalisis komponen-komponen mana saja yang perlu atau
tidak perlu dirubah/dimodifikasi dan bagaimana serta sejauh mana modifikasi itu
dilakukan jika perlu. Pada tahap berikutnya, pemanfaatan indera yang masih
berfungsi secara optimal dan terpadu dalam praktek/proses pembelajaran memegang
peran yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar.
Dalam pembelajaran anak tunanetra,
terdapat prinsip-prinsip yang harus diperhatikan antara lain :
1. Prinsip
Individual
Prinsip
Individual adalah prinsip umum dalam pembelajaran manapun (PLB maupun
pendidikan umum) guru dituntut untuk memperhatikan adanya perbedaan-perbedaan
individu.
2. Prinsip
kekonkritan/pengalaman penginderaan
Strategi
pembelajaran yang digunakan oleh guru harus memungkinkan anak tunanetra
mendapatkan pengalaman secara nyata dari apa yang dipelajarinya
3. Prinsip
totalitas
Strategi
pembelaaran yang dilakukan guur haruslah memungkinkan siswa untuk
memperoleh pengalaman objek maupun
situasi secar autuh dapat terjadi apabila guru mendorong siswa untuk melibatkan
semua pengalaman penginderaannya secara terpadu dalam memahami sebuah konsep
4. Prinsip
aktivitas mandri
Strategi
pembelajaran haruslah memungkinkan atau mendorong anak tunanetra belajar secara
aktif dan mandiri. Anak belajar mencari dan menemukan, sementara guru adalah
fasiitator yang membantu memudahkan siswa untuk belajar dan motivator yang
membangkitkan keinginannya untuk belajar.
POLA
PEMBELAJARAN
Permasalahan
pembelajaran dalam pendidikan tunanetra adalah masalah penyesuaian. Penyelenggaraan
pendidikan dan pembelajaran pada anak tunanetra lebih banyak berorientasi pada
pendidikan umum, terutama menyangkut tujuan dan muatan kurikulum. Dalam strategi
pembelajaran tugas guru adalah mencermati setiap bagian dari kurikulum, mana
yang bisa disampaikan secara utuh tanpa harus mengalami perubahan, mana yang
harus dimodifikasi, dan mana yang harus dihilangkan sama sekali.
Sekolah Luar Biasa Tipe B (TUNA
RUNGU)
Tahapan-tahapan
peningkatan kemampuan pendengaran :
1. Deteksi
2. Diskriminasi
3. Identifikasi
4. Pemahaman
MEDIA
PEMBELAJARAN UNTUK ANAK TUNA RUNGU
Anak Tuna Rungu memiliki
keterbatasan dalam berbicara dan mendengar, media pembelajaran yang cocok untuk
Anak Tuna Rungu adalah media visual dan cara menerangkannya dengan bahasa
bibir/gerak bibir.
1. Persepsi
bunyi dan Irama (BKPBI) adalah sebagai berikut
Media
Stimulasi Visual
a. Cermin
artikulasi, yang digunakan untuk mengembangkan feedback visual, dengan
melihat/mengontrol gerakan organ artikulasi diri siswa itu sendiri, maupun
dengan menyamakan gerakan/posisi organ artikulasi dirinya dengan organ artikulasi
guru
b. Benda
asli maupun tiruan
c. Gambar,
baik gambar lepas mupun gambar kolektif
d. Pias
kata
e. Gambar
disertai tulisan, dsb
2. Media
Stimulasi Auditoris
a. Speech
trainer, yang merupakan alat elektronik untuk melatih bicara anak dengan
hambatan sensori pendengaran
b. Alat
musik, seperti drum, gong, piano/organ/ harmonica, rebana, terompet, dan
sebagainya
c. Tape
recorder untuk memperdengarkan rekaman bunyi-bunyi latar belakang seperti :
deru mobil, deru motor, bunyi klakson mobil maupun motor, gonggongan anjing dsb
d. Berbagai
sumber suara lainnya, antara lain :
·
Suara alam : angina menderu gemercik air hujan, suara
petir, dsb
·
Suara binatang : kicauan burung,
gonggongan ajing, auman harimau, ringkikan kuda, dsb
·
Suara yang dibuat manusia : tertawa,
batuk, tepuk tangan, percakapan, bel, lonceng, peluit, dsb
e. Sound
system, yaitu alat untuk memperkeras suara
f. Media
dengan sistem amplifikasi pendengaran, antara lain ABM, ochelar Implant, dan
loop system
Di lapangan media yang digunakan
misalnya dalam mata pelajaran matematika dengan tema juga menuliskannya di
papan tulis agar anak dapat lebih memahami apa yang guru jelaskan. Dalam pembelajaran
IPA, PKN, guru juga mempergunakan gambar. Dalam pembelajaran IPS pun demikian,
menggunakan media gambar dalam materi kenampakan dari permukaan bumi dari
gambar tersebut, guru menjelaskan kepada anak sehingga anak dapat memahami
bagaimana bentuk dari permukaan bumi tersebut.
Sekolah Luar biasa Tipe C (TUNA
GRAHITA)
KLASIFIKASI
STRATEGI PEMBELAJRAN BAGI ANAK TUNA GRAHITA
Anak tunagrahita secara nyata
mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental, intelektual jauh
dibawah rata-rata sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik. Komunikasi
maupun sosial, sehingga memerlukan layanan pendidikan kebutuhan khusus.
Adapun
strategi pembelajaran yang didapat diberikan kepada anak tunagrahita yaitu :
1. Direct
Introduction
Merupakan
metode pengajaran yang menggunakan pendekatan selangkah-selangkah yang
terstruktur denga cermat dalam memberikan instruksi atau perintah. Metode ini
memberikan pengalaman belajar yang positif dan meningkatkan kepercayaan diri
dan motivasi untuk berprestasi. Kelebihan strategi ini adalah mudah untuk
direncanakan dan digunakan. Sedangkan kelemahan utamanya adalah dalam mengembangkan
kemampuan-kemampuan, proses-proses, dan sikap yang diperlukan untuk pemikiran
kritis dan hubungan interpersonal serta belajar kelompok.
2. Cooperative
Learning
Pembelajaran
kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk membantu satu sama lainnya dalam
memahami materi pembelajaran. Kelompok belajar yang mencapai hasil belajar yang
maksimal diberikan penghargaan. Pemberian penghargaan ini adalah untuk
merangsang munculnya dan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.
3. Peer
Tutorial
Merupakan
metode pembelajaran dimana seorang siswa dipasangkan dengan temannya, yang
mengalami kesulitan/hambatan. Oleh karenaitu lebih ditekankan pada siswa yang
mempunyai kemampuan dibawah kemampuannya
Sedangkan tujuan pembelajaran
tutorial sebagai berikut:
a. Meningkatkan
pengetahuan para siswa
b. Meningkatkan
kemampuan dan keterampilan siswa tentang cara memecahkan masalah agar mampu
membimbing diri sendiri
c. Meningkatkan
kemampuan siswa tentang cara belajar mandiri
Sekolah Luar Biasa Tipe D (TUNA
DAKSA)
Tuna
daksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yan g disebabkan oleh
kelainan neoromuskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau
akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio dan lumpuh. Tingkat
gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam
melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang
yaitu memiliki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik,
berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu
mengontrol gerakan fisik
STRATEGI
PEMBELAJARAN BAGI ANAK TUNADAKSA
Strategi yang bisa diterapkan bagi
anak tunadaksa yaitu melalui pengorganisasian tempat pendidikan, sebagai
berikut.
1. Pendidikan
integrasi (terpadu)
2. Pendidikan
segresi (terpisah)
3. Pendidikan
lingkungan belajar
Sarana
Penunjang Pendidikan Anak Tunadaksa
·
Gedung ruang dan perabotan
Penyandang
tunadaksa ada yang dapat mengatasi kesulitan-kesulitan yang timbul akibat
bangunan yang tidak sesuai dengan persyaratan pendidikan anak tunadaksa. Mereka
yang demikian ini tidaklah banyak. Kebanyakan anak-anak tunadaksa frustasi
karena ketidaksesuaia desain bangunan. Biasanya bangunan-bangunan dirancang
untuk kepentingan orang-orang normal.
Agar
bangunan-bangunan bisa sesuai dengan kepentingan penyandang tunadaksa, bangunan
hendaknya dirancang dengan memprioritaskan tiga kemudahan, yaitu :
1. Mudah
keluar masuk
2. Mudah
bergerak dalam ruangan
3. Mudah
mengadakan penyesuaian atau segala sesuatu yang ada di dalam ruangan itu mudah disesuaikan.
Media
Pembelajaran Untuk Anak Tuna Daksa
Anak Tuna Daksa dari segi mental dan
otaknya normal, hanya saja mereka memiliki keterbatasan fisik sehingga
memerlukan layanan khusus dan alat bantu gerak, agar mereka bisa melakukan
aktifitas sehari-hari tanpa adanya bantuan dari orang lain. Media pembelajaran
yang digunakan untuk anak tuna daksa sama dengan anak-anak normal lainnya,
hanya saja disesuaikan dengan materi dan kecacatan bagian yang mana dialami
oleh anak. Agar terciptanya proses belajar mengajar yang kondusif.
Sekolah Luar Biasa Tipe E (TUNA
LARAS)
Tunalaras adalah individu yang
mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial individu,
tunalaras biasanya menunjukkan perilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan
norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena
faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar.
STRATEGI
PEMBELAJARAN BAGI ANAK TUNALARAS
Untuk
memberikan layanan kepada anak tunalaras, Kauffman (1985) mengemukakan model-model
pendekatan sebagai berikut :
1. Model
biogenetic
2. Model
behavioral
3. Model
psikodinamika
4. Model
ekologis
0 komentar:
Posting Komentar