Rabu, 22 Mei 2013

Model Pembelajaran di SLB


Pendidikan anak Usia Dini

Kelompok 1 :
1.      Khirzun Nufus                         121301-031
2.      Irma Arfiani Lubis                  121301-061
3.      Siti Anisa Suryani                   121301-063
4.      Venny Zoelkarnaen                 121301-111
5.      Hans Amanov Purba               121301-117
6.      Rodo Ridho Sirait                   121301-121

Sekolah Luar Biasa Tipe A (TUNA NETRA)
            Tunanetra adalah gangguan daya penglihatan, berupa kebutaan menyeluruh atau sebagian dan walaupun telah diberi pertolongan dengan alat-alat bantu khusus, mereka masih tetap memerlukan pendidikan khusus.
            Layanan Pendidikan Tunanetra DIkelompokkan Menjadi :
·         Mereka mampu membaca cetakan standar
·         Mampu  membaca cetakan standar dengan menggunakan kaca pembesar
·         Mampu membaca cetakan besar (ukuran huruf : 18)
·         Mampu membaca cetakan kombinasi cetakan regular dan cetakan besar
·         Membaca cetakan besar dengan kaca pembesar
·         Menggunakan Braille tetapi masih bisa melihat cahaya ( sangat berguna untuk mobilitas)
·         Menggunakan Braille tetapi tidak punya persepsi cahaya
            Kebutuhan pembelajaran Anak TunaNetra :
Karena keterbatasan anak tunanetra, maka pembelajarannya harus mengacu kepada prinsip-prinsip :
·         Kebutuhan akan pengalaman konkret
·         Kebutuhan akan pengalaman memadukan
·         Kebutuhan akan berbuat and bekerja dalam belajar
            Media belajar Anak Tunanetra dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
·         Kelompok buta dengan media pembelajarannya adalah tulisan Braile
·         Kelompok Low Vission dengan mediannya adalah tulisan awas yang dimodifikasi (huruf diperbesar, penggunaan alat pembesar tulisan)

STRATEGI PEMBELAJARAN TUNANETRA
            Permasalahan strategi pembelajaran dalam pendidikan anak tunanetra didasarkan pada dua pemikiran, yaitu :
1.       Upaya memodifikasi lingkungan agar sesuai dengan kondisi anak (di satu sisi)
2.  Upaya pemanfaatan secara optimal indera-indera yang masih berfungsi, untuk mengimbangi kelemahan yang disebabkan hilangnya fungsi penglihatan (di sisi lain)
            Stategi pembelajaran dalam pendidikan anak tunanetra pada hakekatnya adalah strategi pembelajaran yang diterapkan dalam kerangka dua pemikiran di atas. Pertama-tama guru harus menguasai karakteristik/strategi pembelajaran yang umum pada anak-anak awas, meliputi tujuan, materi, alat, cara, lingkungan, dan aspek-aspek lainnya. Langkah berikutnya adalah menganalisis komponen-komponen mana saja yang perlu atau tidak perlu dirubah/dimodifikasi dan bagaimana serta sejauh mana modifikasi itu dilakukan jika perlu. Pada tahap berikutnya, pemanfaatan indera yang masih berfungsi secara optimal dan terpadu dalam praktek/proses pembelajaran memegang peran yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar.
            Dalam pembelajaran anak tunanetra, terdapat prinsip-prinsip yang harus diperhatikan antara lain :
1.      Prinsip Individual
Prinsip Individual adalah prinsip umum dalam pembelajaran manapun (PLB maupun pendidikan umum) guru dituntut untuk memperhatikan adanya perbedaan-perbedaan individu.
2.      Prinsip kekonkritan/pengalaman penginderaan
Strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru harus memungkinkan anak tunanetra mendapatkan pengalaman secara nyata dari apa yang dipelajarinya
3.      Prinsip totalitas
Strategi pembelaaran yang dilakukan guur haruslah memungkinkan siswa untuk memperoleh  pengalaman objek maupun situasi secar autuh dapat terjadi apabila guru mendorong siswa untuk melibatkan semua pengalaman penginderaannya secara terpadu dalam memahami sebuah konsep
4.      Prinsip aktivitas mandri
Strategi pembelajaran haruslah memungkinkan atau mendorong anak tunanetra belajar secara aktif dan mandiri. Anak belajar mencari dan menemukan, sementara guru adalah fasiitator yang membantu memudahkan siswa untuk belajar dan motivator yang membangkitkan keinginannya untuk belajar.

POLA PEMBELAJARAN
Permasalahan pembelajaran dalam pendidikan tunanetra adalah masalah penyesuaian. Penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran pada anak tunanetra lebih banyak berorientasi pada pendidikan umum, terutama menyangkut tujuan dan muatan kurikulum. Dalam strategi pembelajaran tugas guru adalah mencermati setiap bagian dari kurikulum, mana yang bisa disampaikan secara utuh tanpa harus mengalami perubahan, mana yang harus dimodifikasi, dan mana yang harus dihilangkan sama sekali.

Sekolah Luar Biasa Tipe B (TUNA RUNGU)
            Tahapan-tahapan peningkatan kemampuan pendengaran :
1.      Deteksi
2.      Diskriminasi
3.      Identifikasi
4.      Pemahaman
MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK ANAK TUNA RUNGU
            Anak Tuna Rungu memiliki keterbatasan dalam berbicara dan mendengar, media pembelajaran yang cocok untuk Anak Tuna Rungu adalah media visual dan cara menerangkannya dengan bahasa bibir/gerak bibir.
1.      Persepsi bunyi dan Irama (BKPBI) adalah sebagai berikut
Media Stimulasi Visual
a.       Cermin artikulasi, yang digunakan untuk mengembangkan feedback visual, dengan melihat/mengontrol gerakan organ artikulasi diri siswa itu sendiri, maupun dengan menyamakan gerakan/posisi organ artikulasi dirinya dengan organ artikulasi guru
b.      Benda asli maupun tiruan
c.       Gambar, baik gambar lepas mupun gambar kolektif
d.      Pias kata
e.       Gambar disertai tulisan, dsb
2.      Media Stimulasi Auditoris
a.       Speech trainer, yang merupakan alat elektronik untuk melatih bicara anak dengan hambatan sensori pendengaran
b.      Alat musik, seperti drum, gong, piano/organ/ harmonica, rebana, terompet, dan sebagainya
c.       Tape recorder untuk memperdengarkan rekaman bunyi-bunyi latar belakang seperti : deru mobil, deru motor, bunyi klakson mobil maupun motor, gonggongan anjing dsb
d.      Berbagai sumber suara lainnya, antara lain :
·         Suara alam  : angina menderu gemercik air hujan, suara petir, dsb
·         Suara binatang : kicauan burung, gonggongan ajing, auman harimau, ringkikan kuda, dsb
·         Suara yang dibuat manusia : tertawa, batuk, tepuk tangan, percakapan, bel, lonceng, peluit, dsb
e.       Sound system, yaitu alat untuk memperkeras suara
f.       Media dengan sistem amplifikasi pendengaran, antara lain ABM, ochelar Implant, dan loop system
            Di lapangan media yang digunakan misalnya dalam mata pelajaran matematika dengan tema juga menuliskannya di papan tulis agar anak dapat lebih memahami apa yang guru jelaskan. Dalam pembelajaran IPA, PKN, guru juga mempergunakan gambar. Dalam pembelajaran IPS pun demikian, menggunakan media gambar dalam materi kenampakan dari permukaan bumi dari gambar tersebut, guru menjelaskan kepada anak sehingga anak dapat memahami bagaimana bentuk dari permukaan bumi tersebut.

Sekolah Luar biasa Tipe C (TUNA GRAHITA)
KLASIFIKASI STRATEGI PEMBELAJRAN BAGI ANAK TUNA GRAHITA
            Anak tunagrahita secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental, intelektual jauh dibawah rata-rata sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik. Komunikasi maupun sosial, sehingga memerlukan layanan pendidikan kebutuhan khusus.
Adapun strategi pembelajaran yang didapat diberikan kepada anak tunagrahita yaitu :
1.      Direct Introduction
Merupakan metode pengajaran yang menggunakan pendekatan selangkah-selangkah yang terstruktur denga cermat dalam memberikan instruksi atau perintah. Metode ini memberikan pengalaman belajar yang positif dan meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi untuk berprestasi. Kelebihan strategi ini adalah mudah untuk direncanakan dan digunakan. Sedangkan kelemahan utamanya adalah dalam mengembangkan kemampuan-kemampuan, proses-proses, dan sikap yang diperlukan untuk pemikiran kritis dan hubungan interpersonal serta belajar kelompok.
2.      Cooperative Learning
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk membantu satu sama lainnya dalam memahami materi pembelajaran. Kelompok belajar yang mencapai hasil belajar yang maksimal diberikan penghargaan. Pemberian penghargaan ini adalah untuk merangsang munculnya dan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.
3.      Peer Tutorial
Merupakan metode pembelajaran dimana seorang siswa dipasangkan dengan temannya, yang mengalami kesulitan/hambatan. Oleh karenaitu lebih ditekankan pada siswa yang mempunyai kemampuan dibawah  kemampuannya
            Sedangkan tujuan pembelajaran tutorial sebagai berikut:
a.       Meningkatkan pengetahuan para siswa
b.      Meningkatkan kemampuan dan keterampilan siswa tentang cara memecahkan masalah agar mampu membimbing diri sendiri
c.       Meningkatkan kemampuan siswa tentang cara belajar mandiri

Sekolah Luar Biasa Tipe D (TUNA DAKSA)
            Tuna daksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yan g disebabkan oleh kelainan neoromuskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memiliki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik
STRATEGI PEMBELAJARAN BAGI ANAK TUNADAKSA
            Strategi yang bisa diterapkan bagi anak tunadaksa yaitu melalui pengorganisasian tempat pendidikan, sebagai berikut.
1.      Pendidikan integrasi (terpadu)
2.      Pendidikan segresi (terpisah)
3.      Pendidikan lingkungan belajar
Sarana Penunjang Pendidikan Anak Tunadaksa
·         Gedung ruang dan perabotan
Penyandang tunadaksa ada yang dapat mengatasi kesulitan-kesulitan yang timbul akibat bangunan yang tidak sesuai dengan persyaratan pendidikan anak tunadaksa. Mereka yang demikian ini tidaklah banyak. Kebanyakan anak-anak tunadaksa frustasi karena ketidaksesuaia desain bangunan. Biasanya bangunan-bangunan dirancang untuk kepentingan orang-orang normal.
Agar bangunan-bangunan bisa sesuai dengan kepentingan penyandang tunadaksa, bangunan hendaknya dirancang dengan memprioritaskan tiga kemudahan, yaitu :
1.      Mudah keluar masuk
2.      Mudah bergerak dalam ruangan
3.      Mudah mengadakan penyesuaian atau segala sesuatu yang ada di dalam  ruangan itu mudah disesuaikan.
Media Pembelajaran Untuk Anak Tuna Daksa
            Anak Tuna Daksa dari segi mental dan otaknya normal, hanya saja mereka memiliki keterbatasan fisik sehingga memerlukan layanan khusus dan alat bantu gerak, agar mereka bisa melakukan aktifitas sehari-hari tanpa adanya bantuan dari orang lain. Media pembelajaran yang digunakan untuk anak tuna daksa sama dengan anak-anak normal lainnya, hanya saja disesuaikan dengan materi dan kecacatan bagian yang mana dialami oleh anak. Agar terciptanya proses belajar mengajar yang kondusif.

Sekolah Luar Biasa Tipe E (TUNA LARAS)
            Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial individu, tunalaras biasanya menunjukkan perilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar.
STRATEGI PEMBELAJARAN BAGI ANAK TUNALARAS
Untuk memberikan layanan kepada anak tunalaras, Kauffman (1985) mengemukakan model-model pendekatan sebagai berikut :
1.      Model biogenetic
2.      Model behavioral
3.      Model psikodinamika
4.      Model ekologis






0 komentar:

Posting Komentar