Laporan
Hasil Observasi Psikologi Pendidikan
Nama
Anggota Kelompok:
1.
Khirzun Nufus (12-031)
2.
Irma Arfiani Lubis (12-061)
3.
Siti Annisa Suryani (12-063)
4.
Venny Zulkarnain (12-111)
5.
Hans Amanov Purba (12-117)
6.
Rodo Ridho Sirait (12-121)
Data Sekolah:
Nama :
SMA Negeri 2 Model Binjai
Alamat :
Jl. Padang No. 08 Binjai Selatan
Uang
Sekolah :
Rp80.000,-
Konsep e-learning :
Berbasis Power point dan Website sekolah (masih kurang pemanfaatannya)
Sejak kapan
digunakan : 2009
DESKRIPSI SEKOLAH
SMA Negeri 2 Model Binjai yang berdiri sejak 1979 terletak
di jalan Padang No.8 Binjai, Kecamatan Binjai Selatan. Sekolah yang memiliki
berbagai macam kegiatan-kegiatan, baik itu kegiatan organisasi maupun kegiatan
ekstrakurikuler ini dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah, Bapak Syaiful Bahri
dan dibantu oleh beberapa Pembantu Kepala Sekolah yang giat mengembangkan SMAN
2 Model Binjai menjadi sekolah yang berprestasi tidak hanya pada tingkat
provinsi tetapi juga sudah mencapai nasional. Ini dibuktikan dengan pada tahun
2010, SMAN 2 Model Binjai mendapat penghargaan sebagai sekolah model
(percontohan). SMAN 2 Model Binjai sendiri sangat mengutamakan keasrian,
terbukti dengan banyaknya pohon yang ditanam dilingkungan sekolah tersebut,
sehingga membuat udara disekitarnya menjadi lebih segar.
PENDAHULUAN
Definisi e-learning
Istilah
e-learning mengandung pengertian yang sangat luas, sehingga banyak pakar yang
menguraikan tentang definisi e-learning dari berbagai sudut pandang. Salah satu
definisi yang cukup dapat diterima banyak pihak misalnya dari Darin E. Hartley
yang menyatakan:
e-learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media Internet, Intranet atau media jaringan komputer lain.
e-learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media Internet, Intranet atau media jaringan komputer lain.
LearnFrame.Com
dalam Glossary of e-learning Terms (2001) menyatakan suatu definisi yang lebih
luas bahwa e-learning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi
elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media Internet, jaringan
komputer,maupun komputer standalone. Matthew Comerchero dalam E-learning
Concepts and Techniques (2006) mendefinisikan E-learning adalah sarana
pendidikan yang mencakup motivasi diri sendiri, komunikasi, efisiensi, dan
teknologi. Karena ada keterbatasan dalam interaksi sosial, siswa harus menjaga
diri mereka tetap termotivasi. E-learning efisien karena mengeliminasi jarak
dan arus pulang-pergi. Jarak dieliminasi karena isi dari e-learning didesain
dengan media yang dapat diakses dari terminal komputer yang memiliki peralatan
yang sesuai dan sarana teknologi lainnya yang dapat mengakses jaringan atau
Internet.
Dari
definisi-definisi yang muncul dapat kita simpulkan bahwa sistem atau konsep
pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dalam proses belajar mengajar
dapat disebut sebagai suatu e-learning (Wahono, 2005).
Tujuan
Penggunaan
media pengajaran sangat diperlukan dalam kaitannya dengan peningkatan mutu
pendidikan khususnya dalam pembelajaran membaca puisi. Menurut Achsin
(1986:17-18) menyatakan bahwa tujuan penggunaan media pengajaran adalah :
1.
agar proses belajar mengajar yang sedang berlangsung dapat berjalan dengan
tepat guna dan berdaya guna,
2.
untuk mempermudah bagi guru/pendidik daiam menyampaikan informasi materi kepada
anak didik,
3.
untuk mempermudah bagi anak didik dalam menyerap atau menerima serta memahami
materi yang telah disampaikan oleh guru/pendidik,
4.
untuk dapat mendorong keinginan anak didik untuk mengetahui lebih banyak dan
mendalam tentang materi atau pesan yang disampaikan oleh guru/pendidik,
5.
untuk menghindarkan salah pengertian atau salah paham antara anak didik yang
satu dengan yang lain terhadap materi atau pesan yang disampaikan oleh
guru/pendidik.
Manfaat
Secara umum manfaat penggunaan media pengajaran
dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu
1.
media pengajaran dapat menarik dan
memperbesar perhatian anak didik terhadap materi pengajaran yang disajikan,
2.
media pengajaran dapat mengatasi
perbedaan pengalaman belajar anak didik berdasarkan latar belakang sosil
ekonomi,
3.
media pengajaran dapat membantu anak
didik dalam memberikan pengalaman belajar yang sulit diperoleh dengan cara
lain,
4.
media pengajaran dapat membantu
perkembangan pikiran anak didik secara teratur tentang hal yang mereka alami
dalam kegiatan belajar mengajar mereka, misainya menyaksikan pemutaran film
tentang suatu kejadian atau peristiwa. rangkaian dan urutan kejadian yang
mereka saksikan dan pemutaran film tadi akan dapat mereka pelajari secara
teratur dan berkesinambungan,
5.
media pengajaran dapat menumbuhkan kemampuan
anak didik untuk berusaha mempelajari sendiri berdasarkan pengalaman dan
kenyataan,
6.
media pengajaran dapat mengurangi adanya
verbalisme dalain suatu proses (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan
belaka) (Latuheru, 1988:23-24).
Keuntungan Menggunakan E-learning
1. Fleksibel karena
siswa dapat belajar kapan saja, di mana saja, dan dengan tipe pembelajaran yang
berbeda-beda.
2. Menghemat waktu
proses belajar mengajar
3. Mengurangi biaya
perjalanan
4. Menghemat biaya
pendidikan secara keseluruhan (infrastruktur, peralatan, buku-buku)
5. Menjangkau wilayah
geografis yang lebih luas
6. Melatih pembelajar
lebih mandiri dalam mendapatkan ilmu pengetahuan
Kelemahan Menggunakan E-learning
1. Karena e-learning
menggunakan teknologi informasi, tidak semua orang terutama orang yang masih
awam dapat menggunakannya dengan baik.
2. Membuat e-learning
yang interaktif dan sesuai dengan keinginan pengguna membutuhkan programming
yang sulit, sehingga pembuatannya cukup lama.
3. E-learning membutuhkan
infrastruktur yang baik sehingga membutuhkan biaya awal yang cukup tinggi.
4. Tidak semua orang
mau menggunakan e-learning sebagai media belajar.
Arsitektur E-learning
Arsitektur E-learning
URAIAN SINGKAT OBSERVASI
Observasi dilakukan pada tanggal 23 Mei 2013, dimulai
dari pukul 8.00 WIB hingga pukul 12.30. Observasi sendiri dilakukan dengan
membagi anggota menjadi 2 kelompok, diantaranya di kelas X.7 saat mata
pelajaran Biologi, diobservasi oleh Khirzun Nufus, Venny Zulkarnain dan Rodo
Ridho pada pukul 9.00- 10.00, dan di kelas XI IPA 2 saat mata pelajaran Bahasa
Indonesia diobservasi oleh Siti Annisa, Irma Arfiani, dan Hans Amanov pada
pukul 10.45-11.30. Pada akhir observasi kami meminta para siswa untuk mengisi kuesioner
yang telah disiapkan.
HASIL OBSERVASI
Observasi pertama dilakukan pada pukul 9.00 sampai pukul
10.00 di kelas X.7 yang saat itu sedang berlangsung mata pelajaran Biologi,
siswa diajarkan oleh seorang guru yang bernama Soimin. Beliau mengajarkan materi
mengenai Ekologi. Pada saat proses belajar mengajar, siswa yang
sebelumnya sudah terbagi dalam beberapa kelompok diminta untuk mempresentasikan
hasil diskusi mereka mengenai materi yang diajarkan. Menurut observasi kami,
saat itu proses belajar mengajar menggunakan orientasi belajar SCL (Student
Center Learning), hal ini dibuktikan dengan siswa lebih aktif dalam
aktivitas kelas, sedangkan guru hanya menjadi fasilitator, yang pada waktu itu
pak Soimin hanya bertindak sebagai pengamat saja.
Kelas berisi 35 orang siswa dari 40 siswa yang seharusnya hadir. Bangku disusun
dengan gaya auditorium. lingkunga fisik kelasnya sendiri hanya terdiri dari
meja, kursi, dan papan tulis. Kelas tidak dilengkapi dengan mesin pendingin
ataupun kipas angin, hal ini menyebabkan murid kepanasan dan secara tidak
langsung mengganggu aktivitas belajar mengajar karena tidak focus dengan materi
yang disampaikan temannya, sebagian sibuk mengipas diri dan sebagiannya lagi
terlihat mengobrol bahkan ada yang tertidur. Dari kasus tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa teori belajar yang digunakan dikelas adalah humanistic, dimana
semua aktivitas belajar diserahkan kepada siswa, sehingga motivasi belajar-pun
kurang dimiliki siswanya.
Observasi kedua dilakukan pada pukul 10.45 di kelas XI IPA 2
saat mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan guru pengajar Bu Novita yang
membawakan materi tentang seminar kelas. Pada awal proses belajar, guru
mengarahkan murid untuk memperhatikan video hasil karya kelas lain untuk
dijadikan referensi pembelajaran untuk pembuatan seminar yang telah ditugaskan
kepada murid sebelumnya. Guru menerangkan tahapan-tahapan penyelenggaraan
seminar dari media video yang ditampilkan. Setelah video referensi ditayangkan
dan dijelaskan oleh guru, murid diarahkan untuk berdiskusi dalam
kelompok-kelompok kerja yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam diskusi
kelompok tersebut dibahas tentang pembentukan struktur kepanitian seminar,
seperti ketua panitia, narasumber, dan moderator setiap kelompoknya.
Dari proses pembelajaran pada kelas yang kami observasi, kami menyimpulkan
bahwa orientasi belajar pada kelas tersebut merupakan tipe TCL (Teacher
Center Learning) karena sumber pembelajaran masih bersumber dari guru dan
guru masih mengatur serta mengarahkan tugas kepada murid.
Tata bangku pada manajemen kelas ini tersusun rapi, namun penempatan fasilitas
kelas kurang tertata rapi. Motivasi murid masih sangat kurang. Hal ini dapat
dilihat dari absensi murid yang 10 orang tidak hadir dari total murid 35 orang
dengan alasan ketidakhadiran yaitu baru selsai dari study tour.
KOMENTAR
Dewasa ini system pembelajaran yang berlandaskan e-learning sudah
seharusnya menjadi kebutuhan setiap instansi pendidikan. Mengingat konsep dari e-learning
itu sendiri adalah membantu siswa dalam mengembangkan potensi mereka dalam
proses belajar dengan menggunakan kemajuan teknologi yang ada. Selain itu
dengan memanfaatkan teknologi ini, baik guru maupun siswa diuntungkan karena
sangat membantu dalam mempermudah aktivitas belajar mengajar, selain bisa
sebagai sumber informasi alat elektronik yang digunakan bisa digunakan sebagai
proses belajar mengajar lainnya, seperti pengumpulan tugas.
Berdasarkan observasi yang telah kelompok lakukan, konsep e-learning
sendiri belum sepenuhnya diterapkan oleh SMAN 2 Model Binjai, hal ini dapat
diamati dari beberapa aspek. Diantaranya:
1. Kurang meratanya penggunaan in-focus
sebagai salah satu contoh peralatan e-learning pada setiap kelas. Salah
satu factor penyebabnya adalah kurangnya kuantitas dari in-focus.
Tercatat sekolah hanya memiliki sekitar 5 buah item in-focus yang dapat
digunakan sebanyak kurang lebih 21 kelas.
2. Kurangnya pemanfaatan jaringan
internet di lingkungan sekolah. Padahal sekolah sudah menyediakan fasilitas
wifi, tetapi sepertinya belum benar-benar dimanfaatkan para siswa dan guru.
3. Kurangnya pemahaman siswa mengenai
penggunaan e-learning itu sendiri. Terlihat dari jawaban para siswa dari
kuesioner yang diberikan. Kebanyakan siswa tidak mengerti konsep e-learning,
tujuan serta manfaat penggunaannya.
4. Salah satu factor krusial dari
kurangnya pemanfaatan e-learning adalah, tidak semua siswa berasal dari
kelas ekonomi menengah keatas, hal ini menyebabkan hanya sebagian siswa saja
yang memiliki perangkat elektronik yang memadai sebagai penunjang e-learning.
Mengenai orientasi belajar dikelas, sepertinya masing-masing
kelas memiliki orientasi belajar yang berbeda, tergantung guru dan mata
pelajaran yang diajarkan. Terlihat dari hasil observasi pada kelas pertama yang
menggunakan orientasi belajar SCL (Student Center Learning), dimana
siswa yang bertindak sebagai penyaji materi dan guru sebagai fasilitator. Hanya
saja kekurangannya menurut kelompok yang mengobservasi adalah kurangnya andil
guru dalam member feedback atas apa yang telah disampaikan kelompok
presenter, guru cendrung hanya sebagai pengamat saja. Sedangkan pada kelas
kedua, kelas menggunakan orientasi belajar TCL (Teacher Center Learning),
dimana aktivitas belajar mengajar masih berporos dari guru yang bertindak
sebagai penyaji materi sekaligus pengtur jalannya proses belajar dikelas.
Secara umum, berdasarkan observasi kasus yang sudah
disampaikan sebelumnya, pada umumnya manajemen kelas di SMAN 2 Model Binjai
menggunakan system permisif, dimana otonomi lebih banyak diserahkan kepada
murid tapi tidak member banyak dukungan untuk pengembangan keahlian
pembelajaran atau pengelolaan perilaku mereka. Menurut kelompok, gaya manajemen
permisif belum cocok diterapkan pada tingkat Sekolah Menengah Atas, dimana
siswa masih memerlukan bimbingan dan arahan dari gurunya, tidak heran murid
dikelas yang diobservasi ini cendrung punya keahlian akademik yang kurang
memadai dan control diri yang rendah. Sejalan dengan manajemen kelas, teori
belajar yang digunakan pada umumnya adalah teori humanistic, dimana semua
aktivitas belajar diserahkan kepada siswa, sehingga motivasi belajar-pun kurang
dimiliki siswanya, tentunya ini menjadi salah penghambat berkembangnya potensi
siswa, karena guru kurang berperan sebagai motivator.
Testimoni Pribadi
Tugas observasi ke sekolah ini
adalah observasi saya yang pertama kali, kendala yang pertama adalah memilih
sekolah yang menjadi tempat observasi, karena itu kami mencoba dengan
sekolah-sekolah kami dahulu, dan SMAN 2 Binjai menjadi tempat observasi kami,
walaupun jauh dari kampus, tetapi kami tetap bisa menikmati perjalanan hingga
melakukan observasi ke sekolah tersebut, ada kenangan tersendiri selama kami
menjalankan observasi, dimana kami merencanakan semua sebelum keberangkatan,
seperti membagi-bagi tugas setiap anggota hingga barang-barang yang ingin
dibawa. Dan karena sekolah alumni dari salah satu teman kami, jadi kami tidak
terlalu mengalami banyak kendala, dan guru-guru di sekolah tersebut ramah dan
terbuka untuk bekerja sama dalam melakukan observasi ini.
Dan tentu saja dengan observasi ini
saya menambah pengalaman baru, dan yang paling berkesan adalah kota binjai yang
tenang dan bersih seperti yang saya dengar dari teman-teman. Dan juga saya
semakin dekat dengan teman-teman observasi saya, dimana kami bisa saling
bertukar pendapat dan saling mendukung di setiap bagian tugas kami.
Dan juga saya berterima kasih kepada
dosen-dosen psikologi pendidikan, Ibu Filia Dina Anggraeni, M.Pd., Kak Fasti
Rola, M.Psi, Psikolog, dan kak Dianulla Sari M.Psi, Psikolog. Dan juga saya
meminta maaf atas segala kekurangan saya dan kelompok saya dalam hasil laporan
ini.
0 komentar:
Posting Komentar